Corona. Not Seen, but Deadly!

  • Bagikan

membaranews.com-(Medan)

Manusia adalah makhluk yang paling sempurna di muka bumi ini. Ia dapat lahir dan hidup di muka bumi ini dengan tahapan dan hidup dengan luar biasa. Tahapan-tahapan itulah yang membuat manusia mengenal pengetahuan dan pengalaman berdasarkan apa yang dilalui dan apa yang dilakukannya. Pengetahuan dan pengalaman ia membawa pengenalan yang lebih lanjut tentang dunia, yang tadinya tidak tahu menjadi pengetahuan, yang tadinya tidak bisa menjadi terbiasa, yang tadinya hanya orang biasa menjadi luar biasa (konglomerat dunia).

Lalu setelah perjalanan yang panjang ia membawa ilmu kemudian menerapkannya di kehidupan nyata di kesehariannya. Ilmunya yang tadinya sempit menjadikan ia dapat melihat dunia yang rupanya ilmu yang ada padanya tidak ada apa-apanya.

Sebagian besar orang/manusia dapat mengerti atau menguasai seluruh ilmu pengetahuan. Tapi manusia belum tentu orang tersebut dapat mempelajari seluruh ilmu dan pengetahuan yang ada dimuka bumi ini. Karena ketidakmampuan ia ataupun dibatasi standar otak yang dimilikinya. Dan juga terkadang ia lupa akan siapa yang menciptakan semua ini, ia bahkan tidak bisa berpikir siapa yang menciptakannya. Ya, itu batas kemampuan berpikir manusia, ia tidak tahu menahu tentang sang penciptanya.

Banyak orang berpikir bahwa kesehatan fisik lebih penting daripada kesehatan mental. pemikiran ini muncul mungkin saja karena manusia hanya fokus pada apa yang dilihat saja. Padahal menurut penulis, pikiran dan mental yang sehat adalah hal utama. Semua  yang ada di dunia ini dimulai dari pikiran dan hati. Maka untuk itu harus berpikir positif. Tapi mari kita coba untuk melampaui pikiran positif tersebut sehingga tidak cuma menerapkan berpikir positif tapi juga kemampuan untuk memiliki kesadaran diri yang tinggi. Hakikatnya, di semesta ini tak ada yang abadi. Itulah kesadaran utama yang harus ditanamkan pada diri sendiri.

Manusia yang kuat adalah manusia yang tabah dan kuat menghadapi masalah dan cobaan yang telah melilit pada dirinya, dengan menanamkan pondasi keimanan yang kuat kita akan terhindar dari setiap masalah, sekalipun masalah tersebut adalah masalah yang sangat besar. Begitu juga dengan penyakit, ketika manusia didatangkan dengan suatu penyakit, ia pasti mencari jalan keluar agar ia tidak sakit lagi, semua itu perlu adanya ikhtiar dari pondasi keimanan yang kuat.

Semakin kita menjalani hidup, semakin terus berdatangan masalah apapun itu yang terjadi, tergantung dengan apa yang kita miliki juga. Semakin banyak benda atau barang yang kita miliki, semakin bertambah teliti kita menjaga barang yang kita miliki itu.

“Tidak Tampak, Tapi Kok Mematikan?”

Seperti yang terjadi pada saat ini, terutama dunia yang sedang menghadapi suatu masalah yang kemungkinan bisa mempengaruhi orang di sekelilingnya dan bisa mematikan orang dengan cara berinteraksi dengan orang. Tidak mengerti ya? Kalau kita membahas tentang masalah pada tulisan diatas, mungkin saja hal yang tidak tampak itu bermasalah, seperti ghoib-ghoib gitu sih katanya.

“Kok ada Virus? Mau Ngapain dia?”

Begitulah pikiran Saya menghantui alam bawah sadar saya, kata si Penulis. Datang tak diundang, pergi tak diantar, kita hanya perlu tanggungjawab. Ya! Mengapa tidak? Sesuai apa yang kita makan makanan, toh di Al-Qur’an kan juga udah dibilang tuh! Gak liat atau gimana? Nih penulis kasih paham deh!

Baca : Al-Qur’an Surat Al-Maidah Ayat 3. Yang artinya : “Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, dan (daging) hewan yang disembelih bukan atas (nama) Allah, yang tercekik, yang dipukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan yang diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu sembelih. Dan (diharamkan pula) yang disembelih untuk berhala. Dan (diharamkan pula) mengundi nasib dengan azlam (anak panah), (karena) itu suatu perbuatan fasik. Pada hari ini orang-orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu, sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepada-Ku. Pada hari ini telah Aku sempurnakan agamamu untukmu, dan telah Aku cukupkan nikmat-Ku bagimu, dan telah Aku ridhoi Islam sebagai agamamu. Tetapi barangsiapa terpaksa karena lapar, bukan karena ingin berbuat dosa, maka sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.”

Seperti yang kita ketahui diatas, ibaratkan kita membuat suatu peraturan, pasti ketika peraturan sudah disepakati akan kita jalani dan kita terapkan. Sama halnya juga dengan di Al-Qur’an, sudah jelas ada peraturannya, kok malah dilanggar, kena sanksi deh! Begitu kira-kira.

Mana mungkin peraturan dibuat untuk dilanggar, orang gila sekalipun meski tidak peduli dengan peraturan, mereka tidak melanggarnya ataupun mereka merasa bodoh amat dengan itu.
“Dahulu, Wabah itu sudah muncul, Cuma Sebutannya Saja Berbeda!”

Zaman Rasulullah dan sahabat-sahabat juga pernah ada suatu wabah. Cuma sebutannya juga berbeda-beda, karena memang zaman terus berubah dan semakin dewasa. Pengalaman Ibnu Bathutah, itu dituliskan kembali oleh Ross E. Dunn, sejarawan dari San Diego University, disitu ditulis bahwa ada wabah yang bernama Maut Hitam atau Black Death sekitar abad ke-14 yang terjadi di Timur Tengah. Jauh sebelum ini juga ada wabah paling awal yang namanya Justinian pada tahun 541-542 yang terjadi di wilayah Kekaisaran Romawi Timur pada masa Kaisar Justinian. Jadi, jangan heran ketika muncul wabah seluruh tatanan kehidupan, dari mulai ekonomi, politik, social, budaya, itu semua sedikit mengalami kekacauan, tetapi tidak terlepas dari seluruh aturan bagaimana penanggulangan itu dilakukan, kita pasti memahami itu semua, karna semakin canggih teknologi dunia yang berkembang.

“Covid-19! Malapetaka?”

Seiringan waktu ketika mulai munculnya covid-19 ini, memang kita mengalami kekacauan, meski tidak terasa tetapi mebawa dampak seluruh sector apapun itu. Dari mulai keuangan, kebutuhan, pengeluaran, aktivitas dan kehidupan sehari-hari. Ya, tentu pemerintah kita tidak diam dengan masalah ini, sebagaimana bentuk kepedulian warga Negara juga harus mematuhi peraturan dan mengikuti protocol kesehatan. Perlu diketahui, bukan saja peraturan itu untuk mengobati bagi kita, tetapi peraturan itu dibuat sebagai pencegahan sebelum terjadi apa-apa. Sama halnya seperti lalu lintas dijalan raya, pasti kalau tidak ada rambu-rambu lalu lintas, semua pengendara motor dan mobil saling bertabrakan.

Sama halnya dengan munculnya virus ini, membawa malapetaka, tetapi kita berusaha untuk mencegah malapetaka itu. Kalau saja tidak dibuat protocol kesehatan, maka entah macam apa kita di seluruh Indonesia ini, bahkan kalau dibiarkan, aka akan menjadi kematian yang luar biasa di muka bumi ini. Jadi, dimulai lah dari diri kita untuk mengikuti peraturan yang ada, dan terus belajar dari kehidupan sebelumnya sebagai pelajaran bagi buat diri kita masing-masing.(Kelompok-KKN-UINSU-DR-25)

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *