Medan I membaranews.com
Pemprov Sumut melalui Dinas Perindustrian, Perdagangan, Energi, dan Sumber Daya Mineral (Perindag ESDM) mengatakan penyebab harga cabai merah akhir-akhir ini melejit tinggi di Sumut karena cuaca kemarau di daerah perladangan cabai merah.
“Setelah kita cari tahu, kita konfirmasi lagi ke kelompok-kelompok petani cabai karena tidak hujan-hujan beberapa waktu terakhir dan baru akhir-akhir ini terjadi hujan,” kata Kepala Dinas Disperindag ESDM Sumut Fitra Kurnia kepada wartawan saat temu pers di Kantor Gubernur Sumut, Kamis (18/9/2025).
Namun demikian pihaknya terus mengawasi pergerakan harga cabai merah dan komoditi lainnya yang dikoordinasikan ke Pemerintah Kabupaten dan Kota.
“Ya kita kan punya aplikasi pengendalian harga, jadi ketika suatu komoditi melebihi harga yang ditetapkan langsung ada notifikasinya, kita langsung hubungi kabupaten dan kota yang mengalami lonjakan,” ujarnya.
Fitra mengakui harga cabai merah perhari ini masih diatas Harga Eceran Tertinggi (HET). Ini terus dikordinasi ke para produsen dan pedagang.
“HET cabai merah itu Rp.55 ribu/kilo, sekarang jauh diatas HET. Jadi di aplikasi itu kemarin memang sudah muncul notifikasinya karena sudah diatas HET. Lalu nanti kabupaten dan kota yang menghubungi pedagang-pedagang yang ada di database,” sebut Fitra.
Fitra mengetahui adanya dugaan hasil produksi cabai merah di Sumut yang dibawa ke luar provinsi namun belum bisa memastikannya.
“Memang kemarin ada dugaan cabai-cabai itu dibawa ke Riau atau Batam. Kami coba cari tahu disana yang menangani sektor perdagangan, ternyata malah disana lebih tinggi lagi.Jadi itu masih dugaan sementara,” ungkapnya.
Masalah tersebut tidak ada aturan yang melarang suatu provinsi tidak boleh membeli hasil tani dari provinsi lainnya.Meski begitu dia berharap Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) tidak menjual hasil panennya ke luar provinsi.
Jadi, memang tidak ada ketentuan (komoditi) itu tidak boleh dibeli dari provinsi luar. Tapi kita harapkan hasil tani yang ke Gapoktan tidak lagi melakukan penjualan ke luar provinsi,” katanya.
Sementara Dinas Ketahanan Pangan, Tanaman Pangan dan Holtikultura menjelaskan solusi yang memungkinkan menangani harga cabai merah yang tinggi akhir-akhir ini.
Kepala Bidang Holtikultura Dinas Ketapang Sumut Lambok Turnip mengatakan,saat ini stok cabai merah harus tersedia di Sumut.
“Dinas Ketapang fokusnya di hasil produksi, jadi salah satu solusinya memang kita harus punya stok atau penampung hasil tani agar bisa untuk operasi pasar kita,” ujarnya.
Lambok mengatakan, salah satu faktor tingginya harga cabai merah saat ini karena kurangnya curah hujan di beberapa daerah penghasil tani cabai merah.
“Cabai di dataran tinggi di Karo, Simalungun, Dairi, Humbahas, Taput hampir 4 bulan ini kemarau, baru-baru ini turun hujan,” ucapnya.
Salah satu faktanya saat ini menjelang habis panen di kawasan sentra cabai Desa Lubuk Cuik, Kabupaten Batubara.
“Di sentra cabai Lubuk Cuik jelang habis panen salah satu yang menyebabkan harga pasokan di pasar menurun tapi kalau bedasarkan data kita cukup, cuman harga saat ini kita lihat Rp.70/kilogram,” tuturnya.
Ia membantah Sumut telah mengirim hasil panen cabai merah ke luar provinsi. Namun Lambok membenarkan informasi yang diterima dari petani banyak ditemukan pengusaha dari luar provinsi yang membeli hasil panen dari Sumut.
“Kita tidak mengirim ke luar daerah tapi info dari Lubuk Cuik banyak toke-toke (pengusaha) dari Pekanbaru, Sumbar mengambil hasil panen petani disana,” katanya.(Rul/R)











