Kanan : Mantan Ketua PSMS Indra Sakti Harahap.(Foto : Istimewa)
Medan I membaranews.com
PSMS salah satu klub dengan sejarah panjang. Pada zaman Perserikatan, tim dijuluki Ayam Kinantan tersebut sangat disegani di Tanah Air. PSMS tercatat pernah enam kali menjadi juara Perserikatan.
Namun belakangan ini, prestasi PSMS sangat meredup. Bahkan, tim kebanggaan masyarakat Kota Medan ini harus berkutat di kasta kedua kompetisi sepakbola di Indonesia.
PSMS tertinggal dari Persib Bandung, Persija Jakarta, PSM Makassar, Persebaya Surabaya yang juga merupakan klub era Perserikatan.
Kondisi itu membuat bola mania prihatin. Mereka pun akan menggelar acara diskusi dengan tokoh tokoh dan petinggi klub sepakbola tersebut. Rencananya diskusi digelar Sabtu (5/7/2025)
Diskusi sebagai bentuk perhatian dengan PSMS Medan. Diundang beberapa pegiat sepak bola , khususnya yang berhubungan dengan tim kebanggaan warga Medan itu. Kehadiran orang-orang penting di PSMS Medan sangat diharapkan untuk menciptakan ajang diskusi yang terbuka.
Terutama untuk mencari solusi menyangkut nasib PSMS Medan yang harus rela bermain di Liga 2 musim depan.
Acara diskusi sepak bola yang akan digelar bersifat umum dan terbuka. Rencananya, acara diskusi bertajuk “Benah-Benah PSMS”
“Ya, kami berencana menggelar diskusi memantapkan langkah PSMS menuju Liga 2 musim 2025 – 2026, kata mantan Ketua PSMS 2012-2016 Indra Sakti Harahap di Medan, Kamis (26/6/2025).
Seperti diketahui PSMS Medan pernah sangat ditakuti di laga kompetisi sepak bola nasional, khususnya di era Perserikatan.
Diproklamirkan 21 April 1950, tim berjuluk Ayam Kinantan lima kali juara Perserikatan.Yakni,pada 1967, 1971, 1975 (Juara bersama Persija Jakarta), 1983, 1985.
Tak hanya sederet prestasi.Tentu saja Tim yang bermarkas di Stadion Teladan Medan Sumatera Utara, juga mengentaskan sederet pemain top yang selain menjadi legenda klub juga berperan besar bagi tim nasional.
Siapa yang tak kenal Parlin Siagian, Nobon, Anjas Asmara, Sarman Panggabean, Tumsila, Ricky Yacob, Marzuki Nyakmad, Ponirin, Iwan Karo-Karo, Sunardi A, Sunardi B, Saktiawan Sinaga, Mahyadi Panggabean, Reswandi, Markus Horison.
PSMS tak lahir begitu saja. Dia lahir dari sejarah yang panjang, berliku-liku bahkan sebelum Republik Indonesia terbentuk. Pada 1930 berdirilah MSV (Medansche Voetbal Club).
Sekelompok anak-anak muda dari berbagai kelompok bermain bola bersama. Seiring berjalannya waktu, terbentuklah PSMS Persatuan Sepak Bola Medan Sekitarnya.
PSMS memilih daun tembakau sebagai logo karena di Medan kala itu, tumbuh subur tembakau.
Di Indonesia, tak banyak yang mendapat julukan “kota sepak bola” dan Medan adalah salah satunya, selain Surabaya, Bandung, Makassar, Jakarta.
Terbukti, tim-tim inilah yang menjadi langganan PSMS bertemu di final Perserikatan. Bagi mereka yang berusia di atas 50, masih teringat jelas bagaimana dahsyatnya final Perserikatan pada 1984. Di final, PSMS bertemu Persib Bandung, tim terkokoh di Jawa Barat.
PSMS pada tahun 1969-1970 adalah “The Dream Team Indonesia” karena diperkuat anak-anak Medan yang mempunyai skill mumpuni. Bisa dikatakan juga, pada era itu PSMS Medan menjadi “Los Galaticos”-nya Indonesia karena dihuni oleh bintang-bintang sepak bola nasional yang waktu itu dikontrak oleh Pardedetex.
Medan bepesta, Sumatera Utara bergelora. Setahun kemudian, PSMS dengan musuh yang sama di partai puncak, juga tampil sebagai yang terbaik. Persib saat itu diperkuat sederet pemain top yang kemudian menjadi legenda tanah Pasundan, diantaranya Ajad Sudrajat, Robby Darwis (kini asisten pelatih Persib Bandung), Kosasih, Sukowiyono, Iwan Sunarya.
Perjalanan PSMS di kancah sepak bola nasional tak melulu mulus. Seiring berjalannya waktu, Ayam Kinantan kerap dililit persoalan pelik. Konflik internal, di mana keegoan lebih ditonjolkan.Akhirnya PSMS babak belur dan pelan-pelan tenggelam tanpa prestasi.
Pada 1994, era Perserikatan, kompetisi yang sangat dinanti-nanti seluruh rakyat Indonesia.Kenapa ? karena fanatisme daerah dipertaruhkan berlalu sudah.
Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesioa (PSSI) selaku otorita sepak bola dalam negara melebur Perserikatan dan Galamata (kompetisi profesional antar klub saat itu) ke dalam satu kompetisi bernama Liga Indonesia.
PSMS tak punya catatan bagus di Liga Indonesia. Tim kebanggaan warga Medan harus menunggu lama untuk mencicipi posisi bergengsi, yakni pada 2007. Diperkuat trio Sumatera Utara, Mahyadi Panggabean, Saktiawan Sinaga,Markus Horison, PSMS tampil sebagai runner up.
Sejak saat itu, Ayam Kinantan tak lagi nyaring “berkokok”. Bahkan, fans setia mereka harus menerima kenyataan, setahun setelah bercokol sebagai runner up Liga Indonesia. Mirisnya lagi PSMS yang dulu disegani justru degradasi ke Divisi Utama.
Kini, PSMS tampil manajemen baru. Tim Ayam Kinantan ini menggandeng Gubernur Sumut Bobby Nasution mengarungi Liga 2 musim 2025-2026. Bobby mensupport PSMS mulai dari fasilitas stadion yang akan menjadi markas PSMS, tempat latihan, mess pemain serta satu poin yang belum bisa disampaikan kepada publik.
Mantan Ketua PSMS 2012 – 2016 Indra Sakti Harahap haqqul yaqin, PSMS yang sudah lama terpuruk bakal bangkit kembali. Selain masih mendapat dukungan penuh fans militan, Ayam Kinantan juga membenahi materi pemain.
Walaupun begitu sebut jalan masih terjal dan berliku-liku. PSMS tak hanya butuh waktu, materi pemain dan infrastruktur yang bagus, tapi juga hati.
Satu hati, satu mimpi, satu pergumulan. Tanpa itu, non-sens. Ayo Ayam Kinantan, Kepakkan Tajimu, Berkokoklah Lantang !. Untuk itu, perlu diskusi untuk memajukan PSMS “, kata Indra.(Rul/R)