REGENERASI KEPEMIMPINAN MEMBENTUK KADER YANG LEBIH BERKUALITAS

  • Bagikan

Oleh : Siti Aisyah

Regenerasi kepemimpinan merupakan fondasi keberlanjutan sebuah organisasi, terlebih bagi organisasi mahasiswa berbasis ideologi seperti Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) yang memiliki mandat historis, moral dan intelektual untuk menghasilkan kader-kader umat dan bangsa.

Dalam konteks organisasi ideologis, regenerasi bukan sekadar pergantian struktur atau rotasi jabatan melainkan proses berkelanjutan dalam menyiapkan kader yang matang secara pemikiran, watak, kompetensi serta kepribadian.Tantangan arus modernitas yang bergerak sangat cepat, budaya instan dan tekanan pragmatisme di kalangan mahasiswa menjadikan isu regenerasi semakin krusial. IMM sebagai organisasi kader seperti yang ditegaskan dalam Khittah dan Trilogi IMM, Religiusitas, Intelektualitas, Humanitas memiliki kewajiban untuk menjaga kualitas sumber daya kader agar setiap babak pergantian kepemimpinan bukanlah kemunduran.tetapi tonggak kemajuan. Dengan demikian, kualitas kader menjadi penentu apakah roda regenerasi dapat bergerak secara sehat dan berkesinambungan.

Dalam proses pembinaan kader, IMM memiliki landasan trikopetensi kader: kompetensi intelektual, kompetensi moral-spiritual dan kompetensi sosial-kemanusiaan. Tiga aspek ini bukan hanya simbol identitas tetapi kerangka yang harus diimplementasikan secara nyata dalam setiap proses perkaderan baik di tingkat dasar, menengah maupun lanjutan. Namun realitas di lapangan menunjukkan bahwa banyak perkaderan berjalan secara administratif dan seremonial tanpa pendalaman nilai-nilai ideologis dan praksis keilmuan yang memadai.

Banyak kader mengalami percepatan struktural tanpa pendewasaan intelektual sehingga lahir fenomena “kader struktural tapi tidak substantif”, yaitu mereka yang menduduki jabatan tanpa memiliki internalisasi nilai yang kuat. Ketika pembinaan tidak dilakukan secara optimal, maka kualitas regenerasi dapat tergerus. Padahal, IMM dibangun sebagai organisasi kader persyarikatan Muhammadiyah yang harus mampu melahirkan pemimpin masa depan yang berkarakter, kritis, adaptif dan religius. Kader yang matang secara kompetensi akan menjadi tonggak kokohnya organisasi dalam menghadapi situasi sosial yang dinamis.

Tidak dapat dipungkiri bahwa tantangan eksternal juga memengaruhi proses regenerasi organisasi. Masifnya budaya pragmatis maupun transaksional dalam dunia ormas di banyak kampus Indonesia menjadi salah satu ancaman serius bagi organisasi berbasis ideologi. Banyak lembaga kemahasiswaan mulai kehilangan ruh idealismenya karena lebih terpikat oleh kepentingan jangka pendek, kepuasan ego atau popularitas.

Di sejumlah kampus, muncul fenomena ormas yang justru mempertontonkan tindakan yang bertentangan dengan nilai integritas: manipulasi administrasi, persaingan tidak sehat, perebutan proyek dan anggaran.bahkan politisasi jabatan struktural. Situasi ini berdampak secara langsung maupun tidak langsung pada organisasi seperti IMM yang berada dalam satu ekosistem gerak mahasiswa. Ketika nilai pragmatisme semakin dominan, maka tantangan untuk mempertahankan orientasi ideologi dan nilai-nilai persyarikatan semakin berat. Akibatnya, bukan hanya kualitas regenerasi yang terganggu.tetapi juga reputasi organisasi di mata masyarakat kampus.Padahal, regenerasi yang sehat harus berlandaskan pada nilai-nilai intelektualisme, humanisme dan religiusitas sebagaimana yang diajarkan dalam tradisi Muhammadiyah.

Intelektualisme diperlukan agar kader mampu memahami isu kontemporer, mengembangkan argumentasi akademik, dan menyumbangkan gagasan bagi problem masyarakat. Humanisme diperlukan agar kader memiliki kepekaan sosial dan kesadaran kemanusiaan, tidak terjebak dalam paradigma elitis yang hanya memikirkan strukturalitas organisasi. Sedangkan religiusitas menjadi pondasi moral yang menuntun kader untuk bersikap jujur, amanah, dan menjunjung etika dalam berorganisasi. Ketiga nilai ini harus terinternalisasi melalui berbagai instrumen perkaderan, forum intelektual, diskusi kritis, aksi sosial, hingga model teladan dari para pemimpin organisasi.Jika nilai-nilai ini hidup dalam kultur IMM, maka regenerasi akan menghasilkan pemimpin yang bukan hanya cerdas tetapi juga berkarakter dan berintegritas.

Lebih jauh, regenerasi bukan hanya kepentingan internal organisasi.tetapi juga jawaban atas kebutuhan masyarakat, mahasiswa dan agama. IMM tidak lahir semata sebagai organisasi pelatihan kepemimpinan tetapi sebagai bagian dari amal perjuangan Muhammadiyah dalam mencetak kader umat dan bangsa. Masyarakat membutuhkan pemimpin yang mampu memutus rantai korupsi, intoleransi dan ketidakadilan sosial.

Mahasiswa membutuhkan tokoh-tokoh pergerakan yang mampu memperjuangkan hak-hak pendidikan, ruang kritis, dan pemberdayaan kampus. Agama membutuhkan generasi muda yang mampu menampilkan wajah Islam yang berkemajuan, rasional, inklusif dan membebaskan. Dengan demikian, setiap tahapan pembinaan IMM memiliki implikasi luas: gagal membina satu generasi berarti menyumbangkan satu lapisan masyarakat yang tidak siap menjawab tantangan zaman. Maka pembinaan harus dilakukan secara serius, konsisten, dan terukur not just formality.
Pada akhirnya, regenerasi kepemimpinan dan pembinaan kader di tubuh IMM harus ditempatkan sebagai jantung gerakan organisasi. Tanpa kualitas kader yang kuat, IMM hanya akan menjadi organisasi seremonial yang kehilangan ruh ideologi dan orientasi perjuangannya.

Oleh karena itu, perlu ada revitalisasi sistem perkaderan yang menekankan penguatan kualitas, pendalaman nilai, praktik intelektual kritis, serta konsistensi keteladanan di setiap lini organisasi. IMM harus berani melakukan evaluasi internal, mengakui kelemahan, dan memperbaiki kultur yang tidak sejalan dengan nilai persyarikatan. Regenerasi bukanlah sekadar menyelesaikan masa jabatan.tetapi proses panjang membangun manusia.

Jika IMM mampu melahirkan kader yang matang, kompeten, berintegritas dan memiliki spirit Trilogi serta Tri Kompetensi, maka organisasi ini akan tetap relevan dan dibutuhkan oleh masyarakat, mahasiswa, dan agama. Dengan demikian, IMM tidak hanya merawat keberlanjutan organisasi tetapi juga menjawab tantangan peradaban serta tanggung jawab moral sebagai bagian dari gerakan Islam berkemajuan***

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *