USU Tambah Lagi Dua Guru Besar

  • Bagikan

membaranews.com (Medan)

 

Wakil Rektor (WR) III Universitas Sumatera Utara (USU), Dr. Poppy Anjelisa Zaitun Hasibuan, S.Si, M.Si, Apt dikukuhkan menjadi Guru Besar Tetap Ke-175 USU bersama Dr. Sutiarnoto, S.H., M.Hum menjadi Guru Besar Tetap Ke-174 berlangsung di Auditorium USU, Jumat (26/11/2021).

Rektor USU Dr. Muryanto Amin, S.Sos, M.Si mengatakan, Dewan Guru Besar (DGB) merupakan role model untuk memberikan pemikiran dan menciptakan produk ilmiah sesuai kompetensi di bidangnya masing-masing.

“Guru Besar bertugas mengembangkan dan memberi contoh program pembelajaran yang inovatif, menghasilkan kolaborasi riset dengan kualitas publikasi internasional bereputasi dan memiliki hak cipta yang berkompeten dihirilisasi dan komersialisasi,” ujar Rektor.

Rektor berharap Prof. Dr. Sutiarnoto, SH, M.Hum dari Fakultas Hukum dan Prof. Dr. Poppy Anjelisa Zaitun Hasibuan, S.Si, M.Si, Apt dari Fakultas Farmasi dapat memajukan publikasi inovasi dan pengabdian kepada masyarakat.

“Pidato pengukuhan disampaikan DGB yang dikukuhkan memiliki urgensi ilmu pengetahuan dalam menciptakan inovasi penting. Kami menunggu ide kreatif dan inovatif untuk semangat memberi manfaat bagi kemanusiaan,” ujar Muryanto.

Prof. Dr. Poppy Anjelisa Zaitun Hasibuan menyampaikan pidato pengukuhan berjudul “Potensi Daun Bangun-bangun sebagai suatu Kearifan Lokal dalam Pengembangan Obat Kanker Payudara”.

Prof. Dr. Poppy menjelaskan , kanker payudara merupakan penyebab utama kematian wanita. Lebih dari setengah penderita kanker payudara terdapat di negara berkembang. Karena itu, usaha penemuan obat baru yang aman dan selektif perlu dilakukan.

“Indonesia memiliki obat tradisional dan herbal digunakan secara turun temurun, ini perlu dilakukan pengujian. Trend masyarakat back to nature memotivasi para peneliti mencari obat kanker dari senyawa alam karena kenyataannya belum ada obat kanker benar-benar selektif,” ucapnya.

Tanaman Bangun adalah tanaman yang biasa dikonsumsi masyarakat Batak di Sumatera Utara. Bangun-bangun merupakan tanaman obat digunakan sebagai sayuran karena dapat meningkatkan kuantitas ASI dan mempercepat penyembuhan pasca melahirkan oleh masyaraka Batak sejak ratusan tahun.

“Perlu ada kajian lebih lanjut mengenai efek daun ini pada sistem hormon yang kemungkinan besar memiliki keterkaitan dengan progresivitas kanker payudara,” ujarnya.

Prof. Dr. Sutiarnoto menyampaikan pidato pengukuhan berjudul “Kepentingan Negara Berkembang dalam Sistem Penyelesaian Sengketa WTO Studi Kasus Indonesia”

Dia menuturkan jika dilihat data mulai beroperasinya WTO hingga tahun 2006, maka didapat pendataan bahwa dominasi pengajuan sengketa secara kuantitatif dan signikan telah dilakukan oleh kelompok negara maju.

“Negara berkembang umumnya kekurangan kapasitas umum hingga mengurangi kemampuan mereka untuk berpartisipasi secara penuh dalam sengketa WTO. Kondisi ini dapat mengikis kepercayaan mereka kepada rezim multilateral,” kata Sutiarnoto.

WTO mengakomodasi kepentingan negara berkembang melalui berbagai ketentuan, secara umum merujuk pada kekhususan dan keistimewaan yang diberikan. Hal ini dibuat untuk menghasilkan proses integrasi negara berkembang. (Rul)

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *